Sejarah Garis Waktu Minahasa

(4 juta tahun SM)
Indonesia sudah ada sejak masa Pleistocene ketika dihubungkan dengan daratan Asia sekarang.

500.000 SM
Manusia Java (Homo Erectus) ditemukan di Jawa Timur.
Penduduk kepulauan Indonesia sebelumnya berasal dari India atau Burma.

3000 SM
Migrant (orang Malayu) datang dari Cina Selatan dan Indocina, dan mereka mulai mendiami kepulauan.


Batu di Watu Pinawetengan


670

Sulawesi Utara tidak pernah membangun kekaisaran besar.
Di Sulawesi Utara pemimpin-pemimpin dari suku-suku yang berbeda, yang sama sekali bebicara bahasa yang berbeda, bertemu di batu yang dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Disana mereka mendirikan perhimpunan negara yang merdeka, yang akan membentuk satu kesatuan dan tinggal bersama dan akan memerangi musuh manapun dari luar jika mereka diserang.

800

Kekaisaran Budha Sriwijaya dan Kerajaan Hindu Mataram muncul di Jawa dan Sumatra.


900

Keberadaan peradaban kuno di Sulawesi Utara bisa jadi berasal dari adanya batu pertama sarcophagi yang disebut Waruga.


1200

Pedagang Muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia dan mendirikan hubungan perdagangan antara negara ini dan India dan Persia.
Sepanjang perdagangan, mereka menyebarkan agama Islam diantara orang Indonesia, terutama sepanjang daerah pantai Jawa, seperti Demak.

1292

Kaisar Cina memberangkatkan banyak espedisi barang rongsokan ke Malaka, Jawa dan Maluku pada tahun 1292 - 1293. Ekspedisi Cina tersebut dilakukan untuk berperang atau untuk maksud berdagang. Ketika berdagang, kapal layar barang rongsokan ini membawa porselen keramik ke Minahasa. Mereka membawa keramik-keramik tersebut untuk ditukarkan dengan beras.


Waruga 1293

Permulaan Kerajaan Majapahit.

1335

Sekarang pemimpin-pemimpin penting dari suku Minahasa dikubur di sarcophagi, nisan yang berdiri, yang dinamakan Waruga.

1380

Jalur perdagangan Cina diikuti oleh pedagang-pedagand dari Arab. Salah seorang pedagang dari Arab, Sharif Makdon, pada tahun 1380, melakukan perdagangan dari Ternate, Wenang (sekarang Manado) dan lalu ke Philipina Selatan. Selain berdagang, pedagang-pedagang dari Arab ini melakukan penyebaran agama Islam di antara suku Manarouw Mangindanouw.

1500

Pedagang-pedagang Muslim mempengaruhi dan mengubah kerajaan Hindu menjadi Islam, yang pertama adalah Sultan Demak. Sultan Muslim ini yang kemudian menyebarkan agama Islam ke arah barat Cirebon dan Banten, dan kearah timur sepanjang pantai utara Jawa sampai kerajaan Gresik.




Manado Tua


1511

Pedro Alfonso, seorang pelaut Portugal menemukan Ternate. Orang Portugis tiba di Indonesia, setelah penakhlukan mereka terhadap Kekaisaran Islam Malaka. Kemudian disusul oleh kapal Spanyol. Keduanya mulai menyebarkan agama Kristen dan yang paling berhasil adalah di Minahasa/Sulawesi Utara dan Maluku, yang juga dikenal sebagai Moluccas. Tetapi, tidak sampai kedatangan Belanda bahwa Kristen menjadi agama utama di Sulawesi Utara.
D'Abulquergue, pemimpin kapal-kapal Portugis membuka jalur laut menuju gugusan kepulauan Maluku.

1512

Armada perdagangan Portugis secara resmi mengirim Antonio de Abreu ke Maluku. Pada tahun tersebut Portugis juga mengirimkan tiga kapal layar ke Manarow (Pulau Manado Tua). Dari pulau tersebut orang Portugis memina pertolongan dari suku Babontehu untuk memperkenalkan mereka kepada kepala Walak Wenang, Dotu Ruru-Ares.




Teluk di Manado

Orang Portugis sudah melihat banyak kapal barang rongsokan Cina di Teluk Manado. Selain itu, dari pelaut-pelaut Cina orang Portugis memperoleh lokasi Macao (dan kemudian ditemukan pada tahun 1523).

1518

Maksud kedatangan orang Portugis ke Wenang adalah untuk menyewa sebidang tanah. Tetapi tujuan untuk menyewa tanah di Wenang gagal karena kepala Walak Ruru-Ares tidak setuju untuk memberikan mereka sebuah tempat. Setelah kegagalan ini Portugis kemudian melakukan perjalanan ke Uwuran (sekarang Amurang) dan disana mereka mendirikan Benteng Amurang.

Ketika mereka tiba di Uwuran, Portugis yang saat itu membawa lebih banyak pedagang dan pimpinan rohani dari pada serdadu, belum berani memasuki daerah pedalaman. Mereka hanya mampu mendirikan benteng-benteng batu di tepi pantai dan pulau di sekitar Minahasa, seperti di Siauw.


Teluk di Amurang


1520

Sementara itu Sultan Demak di Jawa membawa kehancuran kerajaan Majapahit yang sangat kuat. Sebuah kekaisaran Muslim yang kuat berkembang dengan pusatnya di Melaka (Malaka) di Semenanjung Malayu.

1521

Jalur ke kepulauan Maluku baru didirikan oleh Portugal. Sebelumnya pemimpin kapal-kapal Spanyol, Ferdinand Magelhaens, menemukan sebuah jalur pelayaran seperti yang pernah dilakukan oleh Portugis. Perbedaannya adalah bahwa jalur ini dilakukan di sekitar tanjung Amerika Selatan melintasi Samudera Pasifik dan mendarat di Kepulauan Sangir Talaud di Laut Sulawesi.
Orang Spanyol mendirikan kantor perdagangan (Loji) di Wenang, yang berlokasi di pasar 45 (sekarang Pasar Jengky), dengan izin dari kepala Walak Wenang, yang pada waktu itu adalah Dotu Lolong Lasut.


Kelenteng Ban Han Kiong, Manado


Sejak kantor perdagangan Spanyol sudah ada, orang Cina mulai mendirikan tempat mereka dekat kantor tersebut. Sebelumnya orang Cina serta Portugis menurunkan barang-barang mereka di pulau Manarow, yang pada waktu itu lebih terkenal dengan Spanyol-Portugis daripada Wenang.
Spanyol menjadikan pulau Manarow sebagai tempat persinggahan untuk mengambil air minum. Dari pulau itu kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi Utara melalui Sungai Tondano (sekarang Sungai Manado).
Pengembara-pengembara Spanyol membuat kontak dengan penduduk melalui perdaganan ekonomi tukar menukar, yang dimulai di Uwuran (Amurang) di pinggir sungai Rano I Apo. Barang-barang yang ditukar adalah beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya yang ditukar dengan ikan dan garam.

1523

Walaupun wanita-wanita yang tinggal di sekitar tepi laut sudah banyak yang bersuamikan orang Portugis, penduduk wanita di daerah pegunungan hanya menikah dengan orang-orang kulit putih asal Spanyol. Salah satu contoh adalah seorang wanita muda dari Kakaskasen Tomohon yang bernama Lingkan Wene yang menikah dengan seorang Kapten Spanyol yang bernama Juan de Avedo. Kemudian anak lelaki dari pasangan suami istri ini diberi nama Mainalo Wula'an karena mempunyai mata bulat bening (Indo Spanyol). Perkawinan wanita Minahasa dengan pria asal Spanyol ini ternyata tidak disukai oleh orang Portugis karena orang Portugis beranggapan bahwa Spanyol akan memegang kontrol terhadap daerah Minahasa.

1540

Orang Eropa mendatangi daerah Sulawesi Utara; daerah yang secara nominal tunduk kepada Sultan Ternate, yang menuntut penghormatan dari suku-suku pantai dan memperkenalkan agama Muslim diantara beberapa penduduk bahari.
Ketika orang Portugis memperoleh kekuatan dan pengaruh di Ternate dan menjadikan Sultan tersebut budak mereka, mereka juga mengambil milik Minahasa dan mendirikan pabrik di Wenang.


Peta Minahasa 1679 1541

Nama Manado ditempatkan di peta dunia oleh kartografer Nicolas Desliens. Pada mulanya peta tersebut menunjuk pada pulau Manarow (sekarang Manado Tua), tetapi, ketika Wenang menjadi pusat perdagangan, nama Manado menunjukkan Wenang, menjadikan kepulauan Manarow menjadi Mando Tua.
Minahasa menjadi penting bagi orang Spanyol karena tanah subur dan pernah digunakan oleh Spanyol untuk menanam kopi yang datang dari Amerika Selatan, untuk di dagangkan di Cina. Untuk alasan itu Manado dibangun untuk menjadi pusat perdagangan bagi pedagang Cina yang berdagang kopi di Cina.

1550

Patung Dotu Lolong Lasut,

ManadoSpanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan cara menipu Kepala Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari Benggala India yang dibawa Portugis ke Minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol dapat menduduki Minahasa.

1570

Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehingga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore lari ke Ratahan.
Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui Bentengan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung. Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan.


Tiruan kapal Duyfken


1595

Ekspedisi pertama Belanda ke Asia dengan tujuan untuk mencapai pulau bumbu. 'Compagnie van Verre' memberangkatkan tiga kapal yang diperlengkapi dan dipersenjatai dengan baik di bawah pimpinan Cornelis de Houtman (1565-1599) dan Gerrit van Beuningen. Kapten Pieter Dirksz de Keyser mempunyai rute gambaran dari Jan Huygen van Linschoten (1563-1611) yang pernah mengadakan perjalanan dengan sebuah kapal Portugis. 'Mauritius', 'Hollandia' dan 'Amsterdam', diiringi oleh kapal pesiar kecil 'Duyfken', berangkat pada tanggal 2 April 1595 dari Texel dan tiba di Bantam, sebuah pelabuhan lada yang paling penting di Jawa Barat, pada Juni 1596. Perjalanan tersebut mengalami kesulitan dengan banyaknya pertikaian dan kehilangan banyak jiwa. Pada Agustus 1597 ketiga kapal tersebut kembali dengan 87 orang yang selamat dari 249 awak kapal pada mulanya. Walaupun secara keuangan tidak berhasil perjalanan tersebut telah membuktikan bahwa perjalanan ke Asia memungkinkan.

1598


Pedagang Belanda di pelabuhan Bantam

Oude Compagnie' (perpaduan dari sebuah perusahaan yang baru didirikan dengan Compagnie van Verre) dari Amsterdam melengkapi sebuah armada yang berdiri dari delapan kapal di bawah komando Jacob van Neck (1564-1638). Ini disebut 'Tweede Schipvaart' (Pelayaran Kapal Kedua) yang sangat sukses dan kembali dari Bantam satu tahun kemudian dengan empat kapal yang penuh muatan. Kapal lainnya berlayar menuju ke kepulauan Molucca. Wijbrand van Warwijck (1569-1615) berlabuh di Celebes, Ambon dan Ternate, Jacob van Heemskerck (1567-1607) berlabuh di Banda. Juga di pelabuhan Middelburg, Veere dan perusahaan Rotterdam yang didirikan memberangkatkan sebanyak 14 kapal ke Aisa, di bawah komando antara lain Gerard le Roy, Cornelis de Houtman and Olivier van Noort (1559-1627).


Belanda rapat di Ambon, 1599


1599

Oude Compagnie memperlengkapi keseluruh 7 kapal di bawah komando Steven van der Haghen (1563-1624) dan Jacob Wilckens, 'Nieuwe Brabantse Compagnie' memperlengkapi 4 kapal dibawah komando Pieter Both (1550-1615). Steven van der Haghen mendapat izin penggunaan kastil Van Verre di Ambon dari penduduk semenanjung Hitu yang ditukar dengan bantuan militer untuk melawan orang Portugis. Sebuah serangan pada benteng Leitimor milik Portugis di Ambon timur mengalami kegagalan. Cornelis de Houtman berlabuh di Atjeh dan meninggal dalam sebuah pertemburan melawan penduduk lokal.

1600

Belanda membantu kepala suku Maluku untuk mengeluarkan orang Portugis, yang pengaruhnya di negara ini mereka peroleh, dan dipertahankan terus-menerus sejak itu.



Para pemimpin Kamer van Hoorn

1602

Pada 20 Maret 1602 'Staten Generaal' Belanda mengeluarkan sebuah monopoli perdagangan dan pengapalan di Asia selama 21 tahun lamanya sampai 'Verenigde Oost-Indische Compagnie', VOC. Paten ini di perpanjang di tahun-tahun yang akan datang. Perserikatan Jendral juga memperbolehkan VOC membangun benteng dan bertransaksi sebanyak mungkin kerugian kepentingan Portugis dan Spanyol di Asia.
Perusahaan tersebut mempunyai enam bagian atau "kamar" di Belanda, di kota Amsterdam, Middelburg, Rotterdam, Delft, Hoorn dan Enkhuizen. Kamar-kamar tersebut dilengkapi kapal masing-masing, yang manajemen-nya ditentukan oleh 'Heren Zeventien', sebuah komisi yang terdiri dari pimpinan-pimpinan delegasi dari enam Kamar, yang secara bergiliran bertemu di Amsterdam dan Middelburg. Aset perusahaan (6.5 juta guilders) dikumpulkan oleh pemegang saham yang menerima deviden (keuntungan saham) menurut pembagian keuntungan dari kepulangan kargo-kargo dari Asia ke Republik.

1603

Armada pertama VOC sebanyak dua belas kapal yang bersenjata berat ditempatkan di bawah komando Steven van der Haghen. Salah satu tugasnya adalah menyerang bangunan Portugis di Goa dan Mozambik. VOC mendirikan sebuah pos perdagangan di Bantam, yang mana sudah pernah di lakukan oleh Inggris setahun sebelumnya.
Spanyol membangun sebuah benteng di Maluku.
Penguasa-penguasa Manado ingin menyingkirkan para penyerbu Spanyol. Mereka meminta pertolongan dari VOC Belanda di Ternate.


Pohon Cengkeh

1605

Steven van der Haghen mengeluarkan orang Portugis dari Maluku dan membaptiskan benteng Leitimor menjadi Fort Victoria. Dia merancang sebuah kontrak dengan penduduk Hitu untuk persediaan cengkeh. Sedangkan dengan Banda sebuah perjanjiaan dibuat untuk persediaan pala.

1606

Orang Spanyol dari Filipina menyerbu Benteng Tidor yang ditinggalkan oleh orang Portugis di Halmaheira.

1607

Kapal-kapal VOC untuk pertama kali memasuki bandar Manado untuk membeli beras dan bahan pangan lainnya yang diperlukan sebagai bekal bagi perjalanan menuju daratan Cina. Namun mereka tidak berhasil karena larangan Spanyol yang telah menguasai niaga Sulawesi-Utara.Gubernur Cornelis Mattelief dari Batavia mengutus Jan Lodewijk Rossingeyn menjalin hubungan niaga, namun ditolak oleh Spanyol.
VOC menjalin hubungan persahabatan dengan para pemuka kesultanan Maluku pada tahun 1607 yang dendam terhadap Spanyol. Hal ini terjadi karena Spanyol menangkap Sultan Sahid Berkat dan mengasingkannya ke Manila. Pihak kesultanan Ternate mendekati Belanda sebagai pengimbang menghadapi kekuatan Spanyol.

1610


Usaha pendekatan dengan Minahasa dilanjutkan ketika pimpinan VOC di Batavia mengutus Kapten Verhoeff yang juga mengalami kegagalan. Verhoeff memberi laporan lengkap mengenaipotensi yang dimiliki Minahasa hingga menarik minat Batavia untuk menguasaiSulawesi Utara bagi kepentingan keamanan VOC di Maluku.
Jaminan keamanan dari VOC diperoleh Ternate ketika pangerah Sahid, Sultan Modafar diangkat menduduki singgasana kepemimpinan pada 1610 tanpa gangguan Spanyol.

1614

Pihak VOC mulai mengkonsolidir sebuah angkatan perang di Ambon untuk merebut Laut Sulawesi dari orang Sepanyol. Pertempuran singkat Spanyol-Belanda berkecamuk pada bulan Agustus dikepulauan Siau, yang mana dimenangkan oleh Belanda. Setelah kekalahan di Siau, Spanyol memusatkan kekuatannya di Manado. Untuk menghadapi serbuan Belanda mereka membangun sebuah benteng dipesisir kota itu yang berhadapan dengan pulau Manado Tua.

1617

Steven van der Haghen ditunjuk menjadi gubernur Ambon.

1630


Tulis Nama di Tondano (pernikahan lama)


Anak Lingkan Wene yang bernama Mainalo Wula’an dinikahkan dengan gadis asal Tanawangko. Hasil perkawinan mereka membuahkan anak laki-laki yang kemudian dinamakan Mainalo Sarani. Kelak menanjak dewasa, Mainalo Sarani diberi gelar Muntu-Untu sementara istrinya di beri gelar Lingkan Wene.
Muntu-Untu dan Lingkan Wene dibabtis menjadi Kristen oleh Missionaris asal Spanyol bernama Ordo Fransiscan. Kemudian mereka memperoleh status sebagai Raja Manado.
Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil perjalanannya kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah kekuasaan persekutuan dagang, ‘Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.”


Batavia thn 1730

Kos melaporkan bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur.
Kehadiran Belanda dan Inggris sebagai adi-kuasa di perairan Maluku memberi angin bagi para walak tanah Minahasa untuk mengusir Spanyol dari Minahasa dengan melakukan pendekatan kepada pihak Belanda yang telah menguasai Ternate setelah berhasil menyingkirkan kekuatan Portugis diperairan Maluku.
Pendekatan terjadi ketika tiga kepala walak masing-masing: Supit, Paat‚ dan Lontoh‚ melakukan misi diplomasi dan berhasil menemui perwakilan VOC diTernate pada 1630.

1634


Maluku


Perang di Maluku dimana VOC mencoba menyelenggarakan monopoli cengkeh dengan cara kekerasan. Dengan bantuan mitra lokal persediaan untuk konsumen lain (penyelundupan secara VOC) dicegah dan perkebunan cengkeh dimusnahkan.
Tindakan keras VOC tersebut menyebabkan banyaknya perlawanan dengan penduduk Hitu dan menimbulkan pertempuran yang berdarah. Hitus mendapatkan bantuan dari raja Ternate dan sultan dari Gowa.
Makassar di Gowa adalah pusat perdagangan penting di Celebes (Sulawesi) Selatan dimana bumbu didagangkan diluar VOC.

1637

Van Diemen melakukan aksi keras terhadap pasukan Ternate di Hoamoal (di Seram).

1645

Kepala-kepala walak Minahasa, Umbo (Tonsea), Lonta’an (Kakaskasen), Lumi (Tomohon), Taulu (Wenang), Kalangi (Ares), Posuma (Tombariri), Sawij (Jurubahasa), memakai perahu raja Siaw untuk berlayar ke Ternate. Mereka ingin menjalin kerjasama dengan V.O.C Belanda. Orang–orang Minahasa ini jelas bukan golongan Walian, mereka adalah kepala-kepala Walak dan Kepala Walak Minahasa adalah dari golongan Tona'as.

1648

Spanyol kehilangan dominasi terhadap Laut Sulawesi antara penguasa Spanyol dengan Belanda di Eropa melalui Perjanjian Munster.

1651

Perang antara Belanda dan Portugal dilanjutkan. Di Ceram-Barat (Hoamoal) pemberontak-penberontak dari Ternate membunuh 150 orang anggota VOC dengan istri dan anak-anak mereka.
Spanyol mengirim Bartholomeus de Soisa dari Filipina untuk mempertahankan posisi Sulawesi-Utara terutama tempat penghuni masyarakat Minahasa.
Spanyol menduduki daerah Uwuran dan beberapa tempat dipesisir pantai dengan bantuan prajurit asal Makassar. Karena yang terakhir ini mengklaim Sulawesi-Utara sebagai bagian dari wilayah kesultanan Makassar.

1655

Arnold de Vlamingh dari Outshoorn (1608-1661) mengakhiri perang di Maluku dengan paksaan. Hoamoal di Ceram-Barat dihancurkan dan penduduk-penduduknya diusir ke Ambon. Ternate juga dihukum
Orang Belanda di Minahasa lebih kuat dibanding Spanyol.
Pendudukan Espanyol di Minahasa menimbulkan reaksi Belanda di Ternate. Dibawah pimpinan Simon Kos, pada akhir tahun Belanda mendarat secara paksa di muara sungai dan langsung mulai membangun benteng.

1658

Pembangunan Benteng ‘De Nederlandsche Vastigheit’, dari kayu-kayu balok sempat menjadi sengketa sengit antara Spanyol dengan Belanda. Kos berhasil meyakinkan pemerintahannya di Batavia bahwa pembangunan benteng sangat penting untuk mempertahankan posisi Belanda di Laut Sulawesi. Dengan menguasai Laut Sulawesi, posisi Belanda di Maluku akan aman terhadap Spanyol.

1660

Untuk mengurangi produksi berlebihan penanaman cengkeh di Ambon dikontrol mulai saat itu. Penanaman dan pemanenan di kontrol ketat, pohon yang kelebihan di cabut.

Februari 1661

Awal tahun 1661, dengan bantuan sepenuhnya dari Batavia, Kos berlayar dari Ternate menuju Manado disertai dua kapal perang Belanda, Molucco dan Diamant. Kekuatan ini mengalahkan orang Spanyol dan Makasar hingga ke Manado dan Amurang.

1662

Spanyol mundur dari Ternate dan Tidore.

1673


Benteng Amsterdam di Manado

Belanda memapankan pengaruhnya di Sulawesi-Utara dan merubah benteng tua dengan bangunan permanen dari beton. Benteng ini memperoleh nama baru, ‘Ford Amsterdam‚’ dan diresmikan oleh Gubernur VOC dari Ternate, Cornelis Francx‚ pada 14 Juli (Benteng tersebut terletak dikota Manado, dibongkar oleh Walikota Manado pada 1949 - 1950).

1677

Belanda mengeluarkan Portugis dari Manado dan menduduki tempat tersebut sebagai ibu kota dari salah satu daerah dibawah pemerintahan Maluku.
Belanda menduduki Pulau Sangir.



1679

Gubernur Belanda dari Moluccas, Robertus Padtbrugge, mengunjungi Manado. Kunjungan ini menghasilkan sebuah perjanjian pada 10 Januari di Benteng Belanda di Manado (sekarang Pasar Jengky) dengan kepala lokal Minahasa. Minahasa diwakili oleh Supit, Lontoh and Paat. Perjanjian tersebut akhirnya kemudian mengalami sedikit berubahan beberapa kali yang memutlakkan Belanda mengakui keberadaan masyarakat Minahasa dan menempatkan Minahasa setara dengan Belanda.
Pada waktu itu dimana sudah ada pawai-pawai menurut adat (kebiasaan) Minahasa. Dalam laporannya pada tahun 1679 Robertus Padtbrugge mengatakan tentang Minahasa bahwa Tentara Tradisional Minahasa semuanya memakai gelang tembaga yang bunyinya gemerincing, dengan kalung yang terbuat dari karang, dan terdapat bunyi drum yang keras.

1689

Sebuah persekongkolan untuk membunuh orang Belanda di Batavia direncanakan oleh Kapten Jonker, seorang muslim dan pemimpin Ambon di pelayanan kompeni, dengan bantuan dari Amangkurat II.
Setelah hal tersebut diketahui Jonger dibunuh ketika sedang melarikan diri dan pengikut-pengikutnya menemukan sebuah tempat berlindung di Kartasura. Sebagai pemimpin VOC Ambon, Jonker digantikan oleh sepupunya yang kristen Zacharias Bintang.

1693

Minahasa memenangkan sebuah pertarungan mutlak melawan Bolaant di sebelah selatan. Pengaruh Belanda bertambah besar ketika orang Minahasa menerima Tuhan dan barang-barang Eropa.

1769

Prancis berhasil mencuri tanaman cengkeh dari Ambon dan mengangkutnya ke Mauritius dan daerah koloni lainnya.

1700-1800


Kora-Kora

Antara tahun 1700 dan 1800, Belanda sudah berperan sebagai “Tuan Besar” di Minahasa. Mereka mengangkat seorang raja Minahasa dengan jabatan Komandan Kapiten Urbanus Puluwang. selanjutnya dia disebut “Bapa Orang Minahasa”. Dia kemudian mengatur perdagangan beras serta pajak dan memecat Kepala walak antara lain Loho (Tomohon ) Agus Karinda (Negeri Baru). Dia juga menyewa serdadu Kora-Kora Ternate untuk membakar Negeri Atep Kapataran di wilayah pemimpin Tondano, Gerrit Wuisang.

1760

Masyarakat Tondano sudah tidak mau lagi hadir dalam pertemuan-pertemuan dengan Belanda di Manado dan dari Resident Dur, masyarakat Tondano tersebut paling sengit melawan Belanda dan juga tidak mengindahkan aturan-aturan mengenai pajak, wajib militer dan sistim perdagangan beras yang dikembangkan pihak Belanda.

1780

Ekspedisi militer ke Ternate dimana Pengeran Nuku dari Tidore sudah memberontak terhadap peraturan saudara laki-lakinya, sang sultan, yang melihat uang VOC untuk perusakan pohon cengkeh dari pada untuk kepentingan orang-orangnya sendiri.

1796

Inggris nenempati Padan dan Ambon. Benteng VOC di Ternate menolak menyerah.

1801


Tondano pada tahun 1679

Pada tahun 1801, ada kapal perang yang menembaki benteng Belanda di Manado. Setelah diselidiki ternyata kapal perang tersebut milik Inggris. Mengetahui ada konflik antara Belanda dan Inggris maka para Walak Minahasa meminta bantuan Inggris untuk mengusir Belanda. Dalam upaya mengusir Belanda, Gerrit Wuisang membeli senapan, mesiu, dan meriam dari Inggris.
Ketika Residen Dur digantikan oleh Residen Prediger, maka orang Tondano mulai menyiapkan diri untuk berperang melawan belanda. Dipimpin oleh Tewu (Touliang) dan Ma’alengen (Toulimambot), orang Tondano merasa yakin bahwa pemukiman mereka diatas air di muara tepi danau sulit diserang Belanda, tidak seperti pemukiman walak-walak Minahasa lainnya.

1806

Benteng Moraya di Minawanua mulai diperkuat dengan pertahanan parit di darat dan pasukan dengan kekuatan 2000 perahu di tepi danau. Pemimpin Tondano mengikat perjanjian denga walak-walak Tombulu, Tonsea, Tontemboan, dan Pasan-Ratahan untuk mengirmkan pasukan dan bahan makanan. Pemimpin walak Minahasa lainnya yang membantu antara lain : Andries Lintong (Likupang), Umboh atau Ombuk dan Rondonuwu (Kalabat) Manopo dan Sambuaga (Tomohon), Gerrit Opatia (Bantik), Poluwakan (Tanawangko), Tuyu (Kawangkoan), Walewangko (Sonder), Keincem (Kiawa), Talumepa (Rumoong), Manampiring (Tombasian), Kalito (Manado), Kalalo (Kakas), Mokolengsang (Ratahan) sementara pemimpin pasukan Tondano pada awal peperangan adalah Kilapog, Sarapung dan Korengkeng.

1808

Pada bulan Mei 1808, Minahasa sudah melarang Belanda pergi ke pegunungan, tapi pada tangal 6 Oktober, Belanda membawa pasukan besar yang terdiri dari serdadu dari Gorontalo, Sangihe, Tidore, Ternate, Jawa, dan Ambon dan mendirikan tenda-tenda di Tata´aran. Pada tanggal 23 Oktober, Belanda mulai menembaki benteng Moraya Tondano dengan meriam 6 pond. Namun, mereka tidak menyangka bahwa akan ada perlawanan dari pihak Tondano. Bahkan, tenda-tenda Belanda di Tata´aran mendapat kejutan setelah pasukan berani mati pimpinan Rumapar, Walalangi, Walintukan dan Rumambi menyerang di tengah malam. Pada bulan November, pimpinan utama Belanda Prediger terluka kepalanya akibat terkena tembakan di Tata´aran. Dia kemudian digantikan wakilnya Letnan J. Herder. Perang kemudian bertambah panas yang kemudian ditandai dengan perang darat dan perahu.

1809



Kapal Kora-Kora

Pemimpin tondano mendatangkan perahu Kora-Kora dengan memotong logistik bahan makanan dari Kakas ke Tondano. Pada tangal 14 April, pasukan Jacob Korompis menyerang tenda-tenda Belanda di Koya. Serangan yang dilakukan malam hari itu, JACOB berhasil merebut amunisi dan senjata milik Belanda.
Tanggal 2 Juni Belanda melakukan perjanjian dengan kepala-kepala wala Minahsa lainnya. Kemudian pasukan –pasukan yang bukan orang Tondano muali meninggglakan Benteng Moraya karena bahan makanan muali berkurang. Dan yang tertinggal adalah pasukan dari Tomohon dan Kalabat.
Setelah Benteng Moraya jadi sunyi, sudah tidak terdengar lagi teriakan-teriakan perang dan bunyi–bunyi letusan senjata. Lalu pada suatu malam, Belanda menyerang Benteng itu dan membakar rata dengan tanah. Serangan itu dilakukan pada malam hari tanggal 4 Agustus dan pagi 5 Agustus. Dalam penyerangan tersebut, Belanda kemudian membumi hanguskan Benteng Morya Tondano. Pimpinan utama dari perang di Tondano adalah Tewu (Touliang), Lontho (Kamasi-Tomohon), Mamahit (Remboken), Matulandi (Telap) dan Theodorus Lumingkewas (Touliang). Mereka adalah kepala-kepala walak yang disebut “Mayoor” atau Tona’as perang.

1817

Pemberontak di Ambon memberontak terhadap kembalinya Belanda. Dibawah pimpinan Thomas Matulessy, yang juga dipanggil Pattimura, benteng Belanda di Saparua diambil. Dengan bala bantuan dari Batavia, benteng tersebut diambil kembali dan Matulessy dihukum mati.


Ijazah Sekolah Manado, 1921


1825-1830

Perang Jawa. Minahasa bertarung disisi Belanda dalam perang ini. Juga di bagian kepulauan lain untuk menundukkan pemberontakan.

1820

Sebuah kelompok Calvinist, Masyarakat Misionaris Belanda, beralih dari sebuah kepentingan khusus di Maluku ke daerah Minahasa.
Dengan adanya misionaris, datang misi sekolah, yang berarti bahwa, seperti di Ambon dan Roti, pendidikan Barat di Minahasa dimulai jauh lebih awal dibanding bagian lain di Indonesia.
Sekolah-sekolah tersebut diajar dalam bahasa Belanda.

1830

Pangeran Jawa dan pahlawan Indonesia Diponegoro diasingkan ke Manado oleh Belanda.

1850

Di Minahasa kewajiban untuk membuat perkebunan yang menghasilkan panen besar kopi murah untuk monopoli Belanda. Orang-orang Minahasa menderita dibawah "kemajuan" ini, bagaimanapun, ekonomi, agama dan hubungan sosial dengan penjajah terus bertambah.

1860

Konversi besar-besaran orang Minahasa ke agama Kristen, yang dilakukan oleh pihak Belanda, hampir komplit.

1881

Sekolah-sekolah misionaris di Manado adalah jerih payah pertama dari pendidikan masal di Indonesia dan tamatannya mendapat keuntungan yang lumayan dalam memperoleh posisi di pelayanan pemerintah, militer dan posisi penting lainnya.

1881

F. 's-Jacob (1822-1901) ditunjuk sebagai Gubernur Genera. Di Minahasa kepala-kepala lokal memasuki jawatan pemerintah.


Pasukan Parasut Jepang di Manado, 1945 1889
Emas ditemukan di Sulawesi Utara. Pemerintah bereaksi dengan menunjuk langsung pemerintahan di Gorantalo dan menutup perjanjian-perjanjian dengan kerajaan lokal.

1945


Sekutu megebom Manado dengan berat. Selama perang kemerdekaan melawan kembalinya Belanda yang berikut, ada perpecahan berat antara kelompok yang pro-Indonesia dan yang lebih berpihak kepada federalisme yang disponsor oleh Belanda.
Penunjukan seorang Manado yang beragama Kristen, Sam Ratulangi, sebagai gubernur republik Indonesia timur yang pertama, menenentukan kemenangan dukungan Minahasa untuk republik.

1956

Eksport ilegal tumbuh dengan subur. Pada bulan Juni Jakarta memerintahkan penutupan pelabuhan Manado, pelabuhan penyelundupan yang paling sibuk di republik. Pemimpin lokal menolak hal tersebut dan Jakarta mundur.

February1957

Soekarno mengumumkan bahwa lebih baik melaksanakan sistem "demokrasi pemerintah", eufinisme untuk sebuah pemerintahan yang otokratis.

March 1957

Pemimpin militer baik Sulawesi Selatan maupun Utara mengadakan sebuah konfrontasi terhadap pemerintah pusat, dengan tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Mereka menuntut pembangunan lokal yang lebih banyak, pembagian pendapatan yang lebih adil, menolong dalam menekan pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, dan sebuah kabinet pemerintahan pusat bersama yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta. Paling tidak awalnya pemberontakan "Permesta" (Piagam Perjuangan Semesta Alam) adalah sebuah reformis daripada sebuah gerakan separatis.

June 1957

Pemimpin Sulawesi Utara merasa tidak puas dengan perjanjian dan perpecahan gerakan Permesta. Diilhami, barangkali, oleh ketakutan akan dikuasai oleh pihak selatan, pemimpin memberikan pernyataan negara otonomi mereka sendiri dari Sulawesi Utara.
Lalu Soekarno menunjuk sebuah kabinet kerja dibawah komando R.H. Djuanda (1911-1963). Dia juga menunjuk sebuah "Dewan Nasional" yang terdiri dari beberapa "kelompok fungsionil".

October 1957

Setelah sebuah boikot pada bulan Desember, pemilik dari hampir 250 perusahaan Belanda dinasionalisasikan dan diumumkan bahwa 46.000 orang warga negara Belanda harus meninggalkan negara. Perwira TNI diangkat sebagai manajer dan direktur dari perusaan Belanda yang dicaplok.

1958

Selama perjalanan Soekarno kesejumlah negara Asia (Februari) pemberontak-pemberontak di Bukittingi (Sumatra-Barat) PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia), dibawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara (1911-1989) memberontak. Walaupun pemberontakan tersebut tidak bermaksud untuk memisahkan diri dari Indonesia, Sukarno tidak ragu-ragu untuk membabat gerakan tersebut pada waktu kepulangannya. Kemungkinan campur tangan dari pihak luar akhirnya menggerakkan pemerintah pusat untuk mencari bantuan militer dari Sulawesi Selatan.
Angkatan perang Permesta diantar dari Sulawesi Tengah, Gorontalo, Kepulauan Sangihe dan dari Morotai di Maluku (dari lapangan terbang masing-masing, pemberontak sudah berharap untuk terbang serangan pengeboman ke Jakarta). Beberapa pesawat pemberontak tersebut (disediakan oleh Amerika dan diterbangkan oleh pilot-polot Filipina, Taiwan dan Amerika) dimusnahkan. US policy shifted, favoring Jakarta.
Angkatan udara mengebom kota-kota di daerah pemberontak (Padang, Bukittingi, Manado) dan tentara menaklukkan Medan dan kemudian Padang.

June 1958

Tentara pemerintah pusat mendarat di Sulawesi Utara dan menawan Manado. Namun gerak-gerik tersebut bahaya untuk Jakarta, karena di Ambom pemberontak mendapat bentuk bantuan dari Amerika dan Belanda. Juga Filipina, Cina Nasionalis (Taiwan) dan Malaysia yang mendukung pemberontakan.
Jenderal Nasution merumuskan teori "dwifungsi" (fungsi ganda), dimana tentara, selain menjadi tenaga perjuangan, juga menjadi organisasi sosial dalam pelayanan perkembangan sosial negara.

1959

Kekuasaan pusat ditingkatkan di biaya otonomi lokal, nasionalisme radikal memperoleh sikap moderat yang pragmatis, kekuatan komunis dan Soekarno bertambah sedangkan Hatta menyusut, dan Soekarno mampu memperlihatkan "Panduan Demokrasi"nya.

Mid 1961


Pemberontakan Permesta akhirnya dipadamkan.

1967

Sulawesi Utara menjadi makmur dibawah Pemerintahan Orde Baru dari Presiden Soeharto, yang telah mengambil alih kantor.
Banyak laporan ekonomi (tetapi sedikit perbaikan politik) yang dicari oleh pemberontak Permesta tercapai. Propinsi tersebut memiliki kebudayaan yang toleran dan memandang keluar.
Masa depan akan memperlihatkan apa yang akan terjadi setelah pelaksanaan Otonomi Daerah, gagasan yang sangat diperjuangkan oleh Permesta.

0 komentar:

Posting Komentar